BAB II
PEMBAHASAN
Sumber belajar adalah semua
sumber yang dapat dipakai oleh peserta belajar, baik secara individual maupun
kelompok untuk memudahkan terjadinya proses belajar (Hamalik,1989). Menurut
Subandijah (1983:3), Pengertian sumber belajar pada dasarnya merupakan suatu
daya yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan proses belajar mengajar, baik
langsung ataupun tidak, baik sebagian atau keseluruhan. Sedang menurut AECT,
1977 mengartikan sumber belajar sebagai semua sumber (data, manusia, dan barang)
yang dapat dipakai oleh pelajar sebagai suatu sumber tersendiri atau dalam
kombinasi untuk memperlancar belajar meliputi pesan, orang, material, alat,
teknik, dan lingkungan.
Tucker (1979) mendefinisikan PSB
dengan istilah media center, dengan pengertian suatu departemen yang
memberikan fasilitas pendidikan, latihan dan pengenalan melalui produksi bahan
media (seperti slide, transparansi overhead, filstrip,
vediotape, film 16 mm, dan lain-lain) dan pemberian pelayanan penunjang
(seperti sirkulasi peralatan audiovisual, penyajian program-program video,
pembuatan katalog, dan pemanfaatan pelayanan sumber-sumber belajar pada
perpustakaan. Definisi Tucker tersebut
mencerminkan fungsi dan isi dari PSB sendiri. Jadi kalau dirinci, maka suatu
PSB terdiri dari bagian-bagian sirkulasi media cetak dan non-cetak, bagian
produksi dan latihan media cetak dan non-cetak), dan bagian pengembangan
instruksional.
Timbulnya Pusat Sumber Belajar dapat terjadi karena adanya pertumbuhan semakin
dibutuhkannya pelayanan dan kegiatan belajar nontradisional yang membutuhkan
ruang belajar tertentu sesuai dengan kebutuhan. Pusat Sumber Belajar mempunyai
peranan yang cukup menentukan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi
proses pembelajaran.
Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan yang baik dan
optimal agar PSB tersebut benar-benar memberikan dampak positif, menciptakan
pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga mampu meningkatkan hasil belajar.
A. Pengelolaan
Pusat Sumber Belajar
Apabila PSB kita hubungkan dengan
kawasan teknologi instruksional, maka tampak bahwa sebenarnya PSB itu dibentuk
dan dipengaruhi oleh lingkungan yang erat hubungannya dengan kawasan tersebut.
Lingkungan yang mempengaruhi tersebut dapat berupa klien, pengelolaan, staf,
politik, fasilitas, peralatan, dan dana.
Yang dimaksud dengan klien adalah
orang-orang yang menggunakan PSB tersebut. Bila PSB tersebut pada perguruan
tinggi, klien utama adalah mahasiswa, asisten, dan dosen. Pelayanan diutamakan
kepada mereka sebaik-bainya. Isi dan kegiatan PSB adalah diutamakan untuk
memenuhi kebutuhan klien. Bila suatu PSB tidak dapat memenuhi kebutuhan dan
tidak melayani klien, maka PSB tersebut berarti tidak operasional.
Yang dimaksud dengan pengelolaan
adalah bagaimana pengelolaan PSB tersebut. Seorang kepala PSB bertanggung
jawab terhadap seluruh bagian dan seksi yang terdapat di dalam organisasi
tersebut. Demikian juga sebaliknya, setiap karyawan harus bertanggung jawab kepada
kepala seksi, dan setiap kepala seksi bertanggungjawab kepada kepala
bagian. Apabila klien sering menghadapi
prosedur yang sulit pada bagian, seksi, atau petugas, biasanya hal tersebut
menunjukkan bahwa pengelolaan ataupun pelayanan PSB tersebut kurang
mencerminkan struktur organisasi dan prosedur kerja yang baik. Hal tersebut
berlaku juga bagi pengelolaan suatu PSB yang besar maupun yang kecil. Seorang kepala bagian atau kepala seksi harus
dapat mengatur langsung atau memberi wewenang dalam melayani klien. Bila
petugas bawahan belum menguasai, maka petugas atasannya harus melatih dan
memberikan informasi secukupnya sehingga bawahan dapat berdiri sendiri.
Staf (petugas) sangat berpengaruh
langsung terhadap PSB. Dapat dibayangkan betapa sibuk para petugas dalam
melayani mahasiswa dan dosen dalam perguruan tinggi yang jumlah mahasiswanya
tidak kurang dari 5000 atau bahkan mungkin lebih. Dalam hal ini mutlak
diperlukan jumlah petugas yang besar dengan mutu pelayanan yang tinggi.
Betapapun tinggi dan modern mutu peralatan dan media yang disediakan, apabila
tidak dikelola oleh tenaga yang ahli dan terampil, maka tidak mungkin pusat
sember belajar akan dapat berfungsi dengan baik.
Politik secara tidak sadar ternyata juga
berpengaruh. Karena salah satu fungsi PSB adalah memeberikan informasi, maka
dapat dilihat siapa pemberi informasi dan kepada siapa informasi tersebut
disampaikan. PSB pada suatu perguruan tinggi negeri akan berbeda pesan atau
misi yang dibawanya bila dibandingkan dengan suatu PSB keuangan.
Fasilitas untuk perpustakaan, peralatan,
studio, laboratorium, dan staf yang memadai dengan pengaturan ruangan yang baik
sehingga klien menjadi betah adalah salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan PSB. Pengaruh fasilitas
terhadap PSB yang lain adalah seperti penataan dan arsitektur yang menarik,
listrik yang cukup, air conditioner, akustik, dan arus kerja yang
lancar.
Peralatan yang memadai berpengaruh langsung
dalam efektivitas pelayanan. Kemajuan dan perkembangan peralatan dan teknologi
sangat cepat, bahkankadang-kadang lebih cepat daripada program kita. Oleh
karena itu PSB harus selalu mengikuti perkembangan peralatan yang baru. Meskipun demikian kita harus selalu
berpedoman, betapapun baru dan modernnya peralatan dan kemajuan teknologi, kita
harus mampu memilih peralatan yang sesuai dengan maksud dan pesan yang ingin di
capai seefektif-efektifnya (the right equipment for the right purpose).
Dana berpengaruh, terutama dalam
kegiatan operasional. Walaupun pengadaan peralatan cukup, bila tidak ditunjang
dengan operasional, maka pengelolaan PSB tidak berdaya. Dana yang realistis
dapat memungkinkan segala sesuatu berjalan dengan baik, pelayanan yang
meningkat, dengan produk yang bermutu.
Pengelolaan sumber belajar dapat
diartikan sebagai kegiatan mengelola, mengatur, memanaj segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu tiap orang untuk belajar menampilkan kompetensinya. Pengelolaan ini tercermin
dalam skema organisasi. Aspek penting dalam pengelolaan ini adalah peralatan,
kepemimpinan, dan struktur administrasi lembaga. Di Amerika sendiri hasil
penelitian menunjukkan bahwa konsep pelayananan media di kampus telah mencapai
kemajuan dari tujuan asalnya dengan modernisasi di semua jurusan. PSB pada
pendidikan tinggi memiliki kewajiban membantu semua anggota fakultas yang
mengunjunginya (Merrill & Drob : 1977).
Seiring dengan perannya yang
penting dalam proses pembelajaran, maka perlu adanya upaya pengembangan pusat
sumber belajar. Prinsip pengembangan pusat sumber belajar didasarkan pada
tercapainya tujuan pembelajaran dan adanya kemudahan bagi peserta didik dalam
proses belajar. Dalam mendesain dan mengembangkan suatu pusat sumber belajar,
diperlukan suatu proses yang sistematis (teratur) dan sistemis (menyeluruh). Strategi
pengembangan pusat sumber belajar terdiri dari empat tahap, yaitu:
1. Tahap analisis kebutuhan
Tahap ini merupakan
tahap awal dalam proses pengembangan pusat sumber belajar. Pada tahap ini,
dilakukan analisis mengenai adanya perbedaan antara keadaan yang diharapkan
dengan keadaan yang terjadi. Hasil dari analisis ini adalah ditemukannya
masalah, yang kemudian masalah tersebut akan dicari pemecahannya. Hasil ini
diharapkan dapat memberikan gambaran nyata mengenai pengelolaan dan
pemberdayaan sumber-sumber belajar yang telah ada terhadap pencapaian tujuan
dan kompetensi pembelajaran.
2. Tahap pengembangan
sarana dan program
Tahap pengembangan
sarana pusat sumber belajar harus berorientasi pada lima fungsi dari pusat
sumber belajar, sebagaimana yang telah dijelaskan di awal. Hal ini dilakukan
agar pengembangan pusat sumber belajar tidak keluar dari fungsi yang sebenarnya.
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi, terutama
perkembangan teknologi informasi, maka pengembangan pusat sumber belajar juga
harus berorientasi pada pemanfaatan teknologi informasi. Pengadaan
sarana-sarana yang ada harus sudah menggunakan sistem jaringan yang
terintegrasi dengan sumber-sumber belajar yang dibutuhkan. Selain itu,
pengadaan sarana pendukung yang ada dalam pusat sumber belajar merupakan hal
yang tidak boleh dilupakan. Selain pengembangan
sarana, juga dilakukan pengembangan program pusat sumber belajar yang tentu
saja berorientasi pada tujuan pusat sumber belajar. Dalam pengembangan program,
dibutuhkan adanya SDM yang berkualitas dan professional. Hal ini dimaksudkan
agar pengembangan program bisa memenuhi kebutuhan yang diharapkan. Sebagai
contoh pengembangan program adalah penambahan sumber belajar, berupa media dan
bahan ajar yang berbentuk cetak ataupun no cetak. Selain itu juga mengadakan
pelatihan-pelatihan pengembangan media pembelajaran.
3. Tahap implementasi
Tahap implementasi
pusat sumber belajar merupakan tahap aplikasi atau pendayagunaan pusat sumber
belajar. Dalam pelaksanaannya, pusat sumber belajar yang akan digunakan
hendaklah disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan satuan pendidikan atau
lembaga yang akan mengembangkannya. Hal ini dimaksudkan agar keberadaan pusat
sumber belajar tidak menjadi permasalahan bagi lembaga yang bersangkutan.
Sebagai contoh, sebuah lembaga pendidikan yang memiliki tempat terbatas, maka
dapat mendirikan dan mengembangkan pusat sumber belajar secara bertahap, sesuai
dengan tempat yang tersedia. Untuk kemudian, setelah kemampuan lembaga tersebut
bertambah, maka pengembangan pusat sumber belajar dapat terus dilakukan.
4. Tahap pengelolaan
Pengelolaan pusat
sumber belajar adalah kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan,
pengembangan/produksi, dan pemanfaatan sumber belajar serta upaya untuk terus
memperbaiki dan meningkatkan sarana dan program-programnya. Hal ini tentu saja
membutuhkan pengelola yang profesional dan berkualitas. Untuk memudahkan proses
pengelolaan, maka perlu adanya suatu pengorganisasian tenaga kerja yang sudah
memiliki sistem kerja masing-masing. Struktur organisasi pusat sumber belajar
disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan tenaga kerja yang ada.
Prinsip-Prinsip
Pengelolaan PSB adalah
a. Prinsip Pengelolaan Pusat Informasi
Dalam
membentuk suatu pusat imformasi sebagai salah satu kegiatan PSB beberapa
pertanyaan perlu dijawab terlebih dahulu, antara lain :
- Informasi
apa yang diperlukan ?
- Siapa
yang memerlukan ?
- Apakah
memang sering diperlukan ?
- Informasi
apa yang sudah tersedia ?
- Adakah
informasi dalam bentuk cetakan atau dalam bentuk media lainnya?
Prinsip
pengelolaannya adalah sebagai berikut : Laporan-laporan yang diterima dikirim
ke unit fasilitas yang menggunakan sistem komputer (puskom) dan mengadakan
persiapan untuk penerbitannya. Sebagai data dikirim ke unit reproduksi dokumen
untuk dibuat microfilm, microfiche atau fotocopy untuk selanjutnya dikirim ke
pusat-pusat referensi tiap fakultas dan sebagian lagi di cetak di percetakan
Universitas.
b. Prinsip Pengelolaan Pelayanan
Unsur-unsur
yang menyebabkan terjadinya pelayanan di PSB antara lain adalah:
1) Koleksi,
dibina untuk dilayankan, bukan untuk hiasan atau pajangan, bagaimana
pengembangan serta pengaturannya.
2) Fasilitas,
bagaimana ragam layanan, sistem, aturan layanan, lokasi penempatan gedung dan
lainnya.
3) Pelayan/petugas,
sebagai jembatan penghubung dapat berupa seorang ahli, teknisi, ataupun asisten
teknisi.
4) Pemakai,
perorangan yang memanfaatkan layanan, dapat seorang ahli, pelajar, mahasiswa
atau umum.
Ketiadaan
salah satu komponen di atas, atau masing-masing berdiri sendiri dtanpa kerja
sama yang baik, maka pelayanan tidak dapat tercipta sebgaimana mestinya. Untuk
itu diperlukan pelayanan dengan karakteristik berikut :
1) Mudah
dimengerti, menggunakan car yang mudah dimengerti oleh pengunjung/pemakai maupun
oleh petugas itu sendiri,
2) Efisiensi
dan ekonomis, menggunakan bahan pelengkap dengan variasi sedikit mungkin,
3) Kelambatan
yang minimal, mengusahakan tidak ada keterlambatan dalam pelayanan pengunjung.
c. Prinsip Pengelolaan Pengembangan Instruksional
Fungsi
PSB sebagai pengembangan bahan instruksional secara umum adalah menolong
jurusan, staff pengajar secara individual di dalam membuat rancangan dan
pemilihan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar,
hal ini meliputi :
1) perencanaan
kurikulum
2) identifikasi
pilihan program instruksional
3) seleksi
peralatan dan bahan
4) perkiraan
biaya
5) penataran
tentang pengembangan sistem instruksional bagi staf pengajar
6) perencanaan
program
7) prosedur
evaluasi
8) revisi
program
Pengembang
instruksional yang bekerja di PSB hendaknya memiliki kompetensi dalam bidang
pengelolaan dan telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus, memiliki
pengalaman yang cukup, pengetahuan yang luas, penampilan yang meyakinkan dan
menguasai bidang evaluasi. Apabila dirinci, secara garis besar kompetensi yang
harus dimiliki oleh pengembang instruksional antara lain adalah memilih proyek pengembangan instruksional,
menggali analisis kebutuhan, merncanakan, menspesifikasi strategi
instruksional, sampai memiliki kemampuan untuk menyebarluaskan pengembangan
instruksional.
d. Prinsip Pengelolaan Produksi
Fungsi
produksi berkaitan dengan penyediaan materi instruksional yang tidak dapat
diperoleh melalui sumber komersial. Hal ini meliputi : 1) penyiapan karya seni
asli untuk tujuan instruksional, 2) produksi transparansi, produksi fotografi,
3) pelayanan reproduksi fotografi, 4) pemograman, pengeditan, dan reproduksi
rekaman pita suara, 5) pemograman, pemeliharaan dan pengembangan sistem
televisi kampus. Penjelasan tentang produksi ini meliputi keterampilan produksi
grafis, audio, fotografi (diam), film (bergerak), TV dan video dan kombinasi.
Adapun tahapan dalam pengelolaan produksi ini adalah :
1) Pengidentifikasian
dan analsis masalah komunikasi
2) Perancangan
dan produksi pesan
3) Pengadministrasian
fasilitas dan personalia produksi media
B. Pola
Organisasi Pusat Sumber Belajar
Pola organisasi pusat
sumber belajar pada umumnya dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu:
1. Pola terpisah (independen and
decentralized)
2. Pola terpusat (centralized
organization)
3. Kombinasi dari kedua pola tersebut (pola
hyrid)
Pola organisasi pusat
sumber belajar tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Hal
ini dapat diamati dalam proses pelaksanaan tugas dan pelayanan serta tanggung jawab.
Setiap pola organisasi pusat sumber belajar menjalankan fungsinya masing-masing
sesuai dengan tugas dan wewenang yang dibebankan akan tetapi tidak lepas dari
kontrol yang di atasnya. Karena
ketiga pola tersebut merupakan pola organisasi yang saling berkaitan dalam hal
pertanggung jawaban. Pola organisasi tersebut
disesuaikan dengan tingkat permintaan klien. Namun, maing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan.
1. Pola Organisasi Terpisah (independen and decentralized)
Pola
organisasi terpisah merupakan pola organisasi yang bersifat otonom dalam hal
mengelola pusat sumber belajar. Biasanya pola ini membidangi salah satu bidang
atau bagian sumber belajar artinya bertanggung jawab dalam bidang tersebut.
Pelayanan yang diberikan hanya menyangkut bidang sumber belajar yang
dibebankan. Dan gedung perkantorannya pun terpisah dengan kantor pusat. Hal ini
diberikan wewenamg untuk mengelola sumber belajar tersebut secara mandiri akan
tetapi dipertanggung jawabkan kepada atasannya atau kantor pusat. Dalam prosesnya,
pola organisasi pusat sumber belajar terpisah mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan.
Kelebihan
Pola Organisasi Terpisah
a). Tiap bagian berdiri sendiri (otonom), dengan demikian tiap bagian bebas
mengurus bagiannya sendiri tanpa terikat oleh peraturan dari bagian lainnya.
Misalnya bagian audio merupakan bagian yang terpisah dari bagian televisi
sekalipun berhubungan sangat erat.
b). Dapat melayani lebih leluasa dan lebih akrab karena klien yang datang
khusus bagian tersebut tidak sebanyak bila semua bagian berada pada satu tempat
yang sama.
c). Kemungkinan juga ruangan khusus bagian tersebut dapat diatur sebaik mungkin
sehingga ruangan lebih nyaman.
d). Dengan terpisah-pisahnya bagian-bagian secara fisik maupun administratif
maka bagian tersebut dapat ditempatkan mendekati klien yang paling sering
membutuhkan. Misalnya, pelayanan audio visual ditempatkan di Jurusan Teknologi
Pendidikan dan sebagainya.
Kekurangan
Pola Organisasi Terpisah
a). Karena
tiap bagian tempatnya terpencar-pencar maka secara keseluruhan tambahan tenaga
dan pengamanan yang cukup.
b). Jumlah
anggaran yang disediakan secara keseluruhan menjadi lebih banyak.
c). Terjadi
tumpang tindih dalam tugas.
d). Karena
semua bagian ingin bebas mengatur dirinya sendiri biasanya selalu berebut dana
(competition in budget), karena tiap bagian berdiri sendiri secara terpisah,
baik administratif maupun fisik, maka agak sulit dikontrol dan memerlukan
tenaga pengamanan yang lebih banyak, bahkan banyak yang tidak terjamin
keamanannya.
2. Pola Organisasi Terpusat (centralized organization)
Pola
organisasi pusat sumber belajar terpusat merupakan pola organisasi yang
menampung seluruh bagian unsur yang mempengaruhi proses pengelolaan dan
pelaksanaan sumber belajar. Mulai dari unsur pimpinan, sekretariat, bidang,
sampai pada unsur sarana dan peralatan ditampung dalam satu gedung artinya
lokasi tidak dipisahkan. Sehingga pengelolaanya berpusat pada satu lokasi atau
satu gedung. Namun dalam prosesnya mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan
Pola Organisasi Terpusat
a). Secara fisik lokasi tidak terpisah. Seluruh bagian, seksi, sekretariat,
pimpinan, dan nara sumber berada dalam satu gedung.
b). Karena semua unsur pimpinan, pengelola, sarana dan peralatan berada dalam
satu gedung, maka sangat memudahkan pengawasan prosedur kerja, penggunaan
ruangan dan peralatan serta pengawasan penggunaan keuangan.
c). Secara administratif hanya ada satu top manager. Dengan demikian dapat
dihindari hambatan birokrasi antar bagian atau antar seksi. Demikian juga hanya
ada satu laporan dari top manager ke atas (pembantu rektor bidang akademis).
Pada pola terpisah tiap bagian semuanya melapor sendiri-sendiri kepada pembantu
rektor bidang akademis.
d). Hubungan kerja makin erat dan saling mendukung. Misalnya suatu produksi
program televisi tidak bisa berproduksi sendiri tanpa bantuan di bagian grafis,
fotografi, film, dan audio.
e). Dengan demikian penggunaan dana, sarana, peralatan, dan pelaksanaan
administratif lebih efisien.
Kekurangan
Pola Organisasi Terpusat
Mungkin
gedung pusat PSB yang merupakan kumpulan dari media cetak, peralatan, bahan,
studio, laboratorium, ruang perkantoran bagian perbaikan (teknisi) adalah suatu
bangunan yang relatif besar dan berdiri sendiri. Oleh karena itu, memerlukan
lokasi tersendiri yang kadang-kadang terpisah dengan ruang perkuliahan. Adanya
jarak ini menimbulkan kesulitan, terutama dalam melayani klien yang volume
permintaanya sangat padat dan membutuhkan pelayanan yang cepat.
3. Pola Hybrid (Kombinasi dari kedua pola tersebut)
Pola
ini adalah kombinasi dari pola terpisah dan pola terpusat. Karena kedua pola
terdahulu mengandung kelebihan dan kekurangan, maka pola hybrid ini dapat
diterapkan sebagai alternatif lain.
Kekurangan
dari pola terpusat ialah mungkin gedung pusat sumber belajar yang merupakan
kumpulan dari media cetak, peralatan, bahan, dan studio, laboratorium, ruang
perkantoran, bagian perbaikan (teknisi) adalah suatu bangunan yang relatif
besar dan berdiri sendiri. Oleh karenanya tidak jarang memerlukan lokasi
tersendiri yang kadang-kadang terpisah dengan ruang perkuliahan. Adanya jarak
ini menimbulkan kesulitan, terutama dalam melayani klien yang volume
permintaannya sangat padat dan membutuhkan pelayanan yang cepat. Kesulitan
inilah yang hendak diatasi oleh pola Hybrid ini. Pola hibrid membenarkan sistem
kerja pola terpusat tetapi tidak seluruhnya.
C. Struktur
Organisasi Pusat Sumber Belajar
Struktur organisasi pusat sumber
belajar terbagi atas beberapa tipe, diantaranya:
1). Tipe A
2). Tipe B
3). Tipe C
4). Tipe D
Keterangan untuk tiap tipe
diuraikan sebagai berikut:
1). Tipe A
Gambar Struktur Organisasi PSB
Berbasis Sekolah Tipe A
Ketenagaan
PSB Tipe A
a. seorang
penanggungjawab PSB (kepala sekolah);
b. seorang
koordinator PSB;
c. seorang
tenaga administrasi;
d. seorang
ketua unit pelayanan dan pemeliharaan dibantu pengelola perpustakaan,
laboratorium, dan bengkel kerja sesuai kebutuhan sekolah ;
e. seorang
ketua unit pengembangan sistem dibantu beberapa tenaga yang memiliki kompetensi
di bidang desain pembelajaran, materi pelajaran, dan media;
f. seorang
Ketua Unit Pengembangan Media dibantu oleh beberapa tenaga yang memiliki
keahlian di bidang media cetak, audiovisual, audio, grafis, dan multimedia.
Sarana
dan Prasarana PSB Berbasis Sekolah Tipe A:
a. Ruangan:
1) Katalog/resepsionis;
2) Pimpinan/koordinator;
3) Sekretariat;
4) Informasi;
5) Pengembangan
Pembelajaran (Instruksional);
6) Pengembangan
Media;
7) Evaluasi
Produk Media;
8) Peminjaman
dan Penyimpanan;
9) Laboratorium;
10) Laboratorium
multimedia dan internet; ..
11) Bengkel/Praktek
(untuk SMK);
12) Pelatihan;
13) Perpustakaan;
14) Presentasi
Media Audiovisual.
b. Peralatan
Pendukung:
1) Rak-rak
buku;
2) Lemari
katalog;
3) Meja
dan kursi baca;
4) Meja
peminjaman;
5) Meja
pelayanan pengguna (front office);
6) Meubeler
berupa sofa; dan
7) Meja
dan kursi untuk petugas.
c. Peralatan
Media:
1) Peralatan
Produksi Media:
a) Kamera foto;
b) Kamera video;
c) Video editing;
d) Komputer animasi;
e) Peralatan perekam audio; dan
f) Peralatan produksi untuk media grafis.
2) Peralatan
Penyaji (hardware):
a) TV Monitor;
b) VCD/DVD Player;
c) Radio Tape Recorder;
d) OHP;
e) LCD;
f) Komputer; dan
g) Proyektor Slide.
d. Peralatan
Laboratorium untuk Biologi, Fisika, Kimia, dan Bahasa.
e. Peralatan
Bengkel (untuk SMK):
1) Bengkel
bangunan;
2) Bengkel
elektronika;
3) Bengkel
listrik;
4) Bengkel
mesin; dan
5) Bengkel
otomotif.
f. Bahan
Ajar (Software)
1). Media cetak (buku, jurnal, hasil penelitian, dll).
2). Media non-cetak (audio, video, CD pembelajaran, CAI).
3). Media realia model/tiruan, specimen.
2). Tipe B
Fungsi
PSB Tipe B
a. Fungsi
Pelayanan dan Pemeliharaan meliputi:
1) kegiatan
perpustakaan;
2) kegiatan
laboratorium; dan
3) kegiatan
pemanfaatan media audiovisual dan pemeliharaannya.
b. Fungsi
Pengembangan Media meliputi:
1) media
cetak;
2) media audiovisual;
3) multimedia;
4) pengadaan
perangkat keras & pemeliharaannya.
Lingkup
Kerja PSB Tipe B:
a. Pengelolaan
kegiatan perpustakaan;
b. Pengelolaan
kegiatan laboratorium; dan
c. Pengelolaan
kegiatan pengembangan media.
Gambar Struktur Organisasi PSB
Berbasis Sekolah Tipe B
Ketenagaan
PSB Tipe B:
a. 1 orang
koordinator PSB.
b. 1 orang
tenaga perpustakaan.
c. 1 orang
tenaga laboran.
d. 3 orang
pengelola kegiatan pengembangan media.
Sarana
dan Prasarana PSB Tipe B;
a. Ruangan
(perpustakaan, laboratorium, dan pengembangan media).
b. Peralatan
untuk:
1) Perpustakaan
(rak buku, katalog, perangkat komputer, TV monitor, CD/DVD player, radio, tape
recorder, OHP, dan LCD).
2) Laboratorium
(peralatan laboratorium disesuaikan dengan kebutuhan dan materi pembelajaran)
3) Pengembangan
Media (kamera foto, kamera video, komputer animasi, peralatan perekam audio,
peralatan produksi untuk media grafis)
Bahan
Belajar PSB Tipe B;
a. Media
Cetak (buku, majalah, surat kabar, referensi, jurnal, hasil penelitian).
b. Media
Audiovisual (kaset audio,kaset video, CD/VCD pembelajaran, multimedia)
c. Media
Visual (OHT, peta, globe, carta, realia/ model).
d. Media
grafis
3). Tipe C
Fungsi
PSB Tipe C, memiliki
fungsi pelayanan dan pemeliharaan meliputi pelayanan perpustakaan,
laboratorium, pemanfaatan media audio visual, dan pemeliharaan/ perawatan
perangkat lunak dan keras.
Gambar Struktur Organisasi PSB
Berbasis Sekolah Tipe C
4). Tipe D
Ketenagaan
PSB Tipe D
Jumlah
Tenaga:
1) Seorang
penanggungjawab PSB (Kepala Sekolah)
2) Seorang
koordinator PSB
3) Seorang
tenaga admnistrasi
4) Seorang
Ketua Unit Pelayanan perpustakaan cetak yang dibantu oleh pengelola
perpustakaan.
5) Seorang
Ketua Unit Pelayanan Perpustakaan non cetak dibantu oleh pengelola media non
cetak.
Gambar Struktur Organisasi PSB
Berbasis Sekolah Tipe D
Sarana
dan Prasarana PSB Tipe D
a. Sebuah
ruangan yang berfungsi untuk:
1) penyimpanan
buku dan layanan perpustakaan;
2) sekretariat;
dan
3) pelayanan
audiovisual.
b. Peralatan
pendukung:
1) rak-rak
buku;
2) lemari
katalog;
3) meja
dan kursi baca;
4) meja
peminjaman; dan
5) meja
dan kursi untuk petugas.
c. Peralatan
penyaji (hardware) seperti:
1) TV
Monotor;
2) VCD/DVD
Player;
3) Radio
Tape Recorder;
4) OHP;
dan
5) Komputer.
Bahan
Ajar (Software) PSB Tipe D
a. Media
cetak (buku, jurnal, hasil penelitan, dll);
b. Media
non cetak (audio, VCD pembelajaran, CAI);
c. Media
realia (model, tiruan, specimen); dan
d. Media
grafis.
.