BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Belajar Sosial (Albert
Bandura)
Teori belajar sosial atau disebut juga
teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif
masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Albert Bandura lahir tanggal 4 Desember 1925
di Mundare Alberta berkebangsaan Kanada.
Ia seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau
kognitif sosial serta efikasi diri.
Ekperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan
anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Berbeda
dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak
semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat
reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema
kognitif individu itu sendiri. Menurut Bandura proses mengamati dan meniru
perilaku, sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Bandura (1977)
menyatakan bahwa “Learning would be
exceedingly laborious, not to mention hazardous, if people had to rely solely
onthe effects of their own action to inform them what to do. Fortunately, most humant behavior is learned
observationally through modelling: from observing others one forms an idea of
hor new behavior are performed, and on later occation this coded information
serves as aguide for action”.
Teori Bandura
menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang
berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat
berpengaruh pada pola belajar sosial ini.
Misalnya seorang yang hidup dan lingkungannya dibesarkan dilingkungan
judi, maka dia cenderung menyenangi judi, atau sekitarnya menganggap bahwa judi
itu tidak jelek.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini,
bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi
melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling).
Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment,
seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang
perlu dilakukan.
Bandura
sebagai seorang behavioris moderat penemu teori social learning/ observational
learning, setiap proses belajar terjadi dalam urutan tahapan peristiwa (4
unsur utama) yang meliputi:
Ø Perhatian (attentian)
Ø Penyimpangan atau proses mengingat (retention)
Ø Reproduksi motorik (reproduction)
Ø Peneguhan/Motivasi (reinforcement/motivation)
Tahap - tahap di atas berawal
dari adanya peristiwa stimulus atau sajian perilaku model dan berakhir dengan
penampilan atau kinerja (performance) tertentu sebagai hasil/ perolehan belajar
seorang siswa.
Ø Tahap perhatian
Mencakup peristiwa peniruan (adanya
kejelasan, keterlibatan perasaan, tingkat kerumitan, kelaziman, nilai fungsi)
dan karakteristik pengamatan (kemampuan indera, minat, persepsi, penguatan
sebelumnya).
Ø Tahap mengingat
Mencakup kode pengkodean
simbolik, pengorganisasian pikiran, pengulangan simbol, pengulangan
motorik.
Ø Tahap reproduksi
Mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan
umpan balik.
Ø Tahap motivasi
Mencakup dorongan dari luar dan
penghargaan terhadap diri sendiri.
Ciri-ciri
Teori Pemodelan Bandura:
Ø Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian
dan peniruan.
Ø Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, misalan dan
teladan.
Ø Pelajar meniru sesuatu kemahiran dari pada
kecakapan demontrasi guru sebagai model.
Ø Pelajar memperoleh kemahiran jika
memperoleh kepuasan dan peneguhan yang berpatutan.
Ø Proses pembelajaran meliputi pemerhatian,
peringatan, peniruan dengan tingkah laku atau gerak balas yang sesuai, diakhiri
dengan peneguhan positif.
Implikasi Teori Pemodelan Bandura:
Ø Penyampaian guru hendaklah cakap dan menarik agar dapat menjadi role
model kepada pelajar.
Ø Demontrasi guru hendaklah jelas serta menarik agar pelajar dapat
meniru dengan cepat.
Ø Hasilan guru dapat kraftangan, lukisan atau ABM hendaklah bermutu
tinggi.
Ø Guru boleh menggunakan rekan sebaya yang cemerlang sebagai model.
Ø Guru boleh mengajar nilai murni dan watak bersejarah dengan teknik
main peranan dan simulasi.
B. Teori Konstruktivisme Sosial
(Lev Vygotsky)
Sebelum
membahas lebih jauh tentang Teori Konstruktivisme Vygotsky, sedikit kami paparkan tentang
biografi Lev Vygotsky. Vygostsky adalah
seorang sarjana Hukum, tamat dari Universitas Moskow pada tahun 1917, kemudian
beliau melanjutkan studi dalam bidang filsafat, psikologi, dan sastra pada
fakultas Psikologi Universitas Moskow dan menyelesaikan studinya pada tahun
1925 dengan judul disertasi ’The Psychology
of Art´. Dengan latar belakang ilmu yang demikian banyak memberikan inspirasi
pada pengembangan teknologi pembelajaran, bahasa, psikologi pendidikan, dan
berbagai teori pembelajaran.
Vygotsky
wafat pada tahun 1934. Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan
dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa meliputi orang-orang, kebudayaan,
termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut. Orang lain merupakan bagian dari
lingkungan (Taylor, 1993), pemerolehan pengetahuan siswa bermula dari lingkup
sosial, antar orang, dan kemudian pada lingkup individu sebagai peristiwa
internalisasi (Taylor, 1993).
Vygotsky
menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan
sosial dalam pembentukan pengetahuan yang menurut beliau, bahwa
interaksi sosial yaitu interaksi individu tersebut dengan orang lain merupakan
faktor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif seseorang.
Vygotsky
berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara efisien dan efektif
apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan
lingkungan yang mendukung (supportive), dalam bimbingan seseorang yang lebih
mampu, guru atau orang dewasa. Dengan hadirnya teori konstruktivisme Vygotsky
ini, banyak pemerhati pendidikan yang mengembangkan model pembelajaran kooperatif, model
pembelajaran peer interaction, model pembelajaran kelompok, dan model pembelajaran problem solving.
Konstruktivisme
menurut pandangan Vygotsky menekankan pada pengaruh budaya. Vygotsky
berpendapat fungsi mental yang lebih tinggi bergerak antara inter-psikologi (interpsychological)
melalui interaksi sosial dan intra-psikologi (intrapsychological) dalam benaknya.
Internalisasi
dipandang sebagai transformasi dari kegiatan eksternal ke internal. Ini terjadi
pada individu bergerak antara inter-psikologi (antar orang) dan intra-psikologi
(dalam diri individu).
Berkaitan
dengan perkembangan intelektual siswa, Vygotsky mengemukakan dua ide;
1. Bahwa perkembangan
intelektual siswa dapat dipahami hanya dalam konteks budaya dan sejarah pengalaman
siswa (Van der Veer dan Valsiner dalam Slavin, 2000).
2. Vygotsky
mempercayai bahwa perkembangan intelektual bergantung pada sistem tanda (sign system) setiap individu selalu
berkembang (Ratner dalam Slavin, 2000: 43). Sistem tanda adalah simbol-simbol yang secara
budaya diciptakan untuk membantu seseorang berpikir, berkomunikasi, dan
memecahkan masalah, misalnya budaya bahasa, sistem tulisan, dan sistem
perhitungan.
Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsip
seperti yang dikutip oleh (Slavin, 2000: 256) yaitu:
1. Pembelajaran
sosial (social leaning).
2. ZPD (zone of proximal development).
3 Masa
Magang Kognitif (cognitif apprenticeship).
4 Pembelajaran
Termediasi (mediated learning).
Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek
internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan
sosial pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari
interaksi sosial masing-masing individu dalam konteks budaya. Vygotsky juga yakin
bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum
dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau
tugas-tugas itu berada dalam zona of proximal development mereka.
C. Hubungan Teori Bandura dan Teori Vygotsky
Teori belajar Bandura menjelaskan bahwa individu belajar karena adanya
contoh dilingkungan dan interaksi belajar antara individu dengan lingkungannya
tadi akan dipadukan dengan kognitif yang ada dalam diri individu tersebut. Kemudian kognitif dalam diri individu ini akan
menentukan apa yang dilakukan selanjutnya. Didalam teori ini, individu hanya diajak untuk
berfikir mana yang baik dan mana yang buruk dari hasil interaksinya dengan
lingkungan, yang kemudian diwujudkan dalam tingkah lakunya.
Namun pada teori belajar Vygotsky individu yang telah berinteraksi dengan
lingkungannya dan memadukannya dengan kognitif yang telah ada sebelumnya bukan
saja sekedar berfikir untuk memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik,
tetapi juga individu tersebut harus mampu berfikir kritis dan kreatif terhadap
permasalahan yang dihadapi dari interaksi dengan lingkungannya serta mampu
mengembangkan diri untuk lebih produktif di dalam proses belajarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar